Salah satu hal yang saya suka dari pantai ini adalah kenangannya, sebagai bagian dari kenangan masa kecil. Pada awal kejayaan wisata pantai selatan ini, dulu masih masih sangat asri dan banyak pohon kelapa di pantai dengan hamparan pasirnya.
Namun sayang karena pembangunan besar-besaran kesan alami dari pantai suwuk ini jadi hilang. Bahkan sudah seperti menjadi pasar tradisional yang berada di pantai. Sekarang kondisinya sudah banyak sampah plastik dan sampah ranting-ranting arus sungai, karena pantai ini merupkan muara jadi sering terjadi penumpukan sampah yang terbawa arus sungai saat musim hujan.
Untuk tiket masuknya sebenarnya masih murah terakhir saya masuk sekitar Rp5000,- per orang. Karena kali ini saya datengnya jam 5 pagi jadi nggak ada pertiketan dong dan gerbangnya pun dibuka. Nggak ada orang pula, yasudah masuk saja.
Sampai ke pantai bener bener nggak ada pengunjung. Akhirnya ada pengunjung lain yang datang bersamaan dengan kami berdua. Banyak nelayan sedang melaut juga kalau pagi-pagi gini.
Beruntung banget masih bisa menyaksikan moment sunrise walau nggak sebagus dari atas bukit, tapi masih bisa merasakan hawa golden light nya. Udaranya sejuk dengan pemandangan bukit di sebelah barat, selalu menjadi pusat perhatian saya ketika di sini.
Sebenarnya agak kurang cocok pergi ke pantai ini untuk bersantai. Sebagian besar areanya sudah dipenuhi para penjual yang menjual dagangannya sekaligus sebagai tempat mencari rezeki juga buat mereka. Pengunjung pun jadi mudah mendapatkan oleh-oleh disekitaran pantai. Namun masalahnya adalah harus ada kesadaran dari kita semua untuk menjaga kebersihan lingkungan dari sampah, sehingga tempat wisata pun semakin lestari dan modern.
Saya jadi teringat sewaktu usia SD atau SMP kalau nggak salah, saya pernah pergi bersama teman dengan menaiki sepeda sejauh 15 KM, untungnya nggak dimarahin lagian nggak pada tau juga. Nggak kebayang kan bocil bocil sepedaan jauh, sampai sekarang masih aja suka kepikiran kok bisa-bisanya pergi ke tempat asing tanpa pengawasan orang dewasa sama sekali, untunglah saya dan kawan kawan selamat sampai rumah lagi. Pantai Suwuk merupakan salah satu pantai ikonis, jadi mau kondisinya seperti apapun tetap ada aja pengunjung.
Area taman ini dulunya adalah hamparan pasir. Pohon pohon kelapa di sana telah menjadi saksi bisu evolusi area ini. Bahkan sekitaran luar tempat wisata ini sekarang sudah banyak perumahan. Huhh, banyak lah kenangan di sini pokoknya bersama keluarga besar.
Namun sayangnya banyak fasilitas publik yang kurang terawat, mungkin karena pandemi belakangan yang membuat pantai suwuk ini ditutup sementara untuk pengunjung luar, hanya warga lokal saja biasanya. Alhasil banyak warung-warung yang rusak dan dibiarkan saja.
Wow
BalasHapusCakep pantainya, apalagi ada bukit hijaunya.
BalasHapuswah sebagai wong kebumen aku blom pernah sowan pantai suwuk...aku baru jelajahnya pantai ambal mbocor. Next moga moga bisa kesampaian sampai sana ..lumayan bersih juga ya pasirnya
BalasHapusPadahal pantainya bagus banget, tapi sayang jadi nggak terawat ya kalo dari ceritanya. Pandemi ini emang kerasa banget di semua sektor termasuk wisata domestik. Semoga wisata2 segera pulih kembali, dan semakin banyak wisatawan yang sadar untuk menjaga kebersihan obyek wisata.
BalasHapusIh pantainya sepi ya, enak dong berasa pantai milik sendiri...bersih pula...damai banget, cocok untuk healing pikiran disana
BalasHapusLooks really interesting but without a translator on your blog I am unable to read it.
BalasHapusThis is really gorgeous. I wish I could read it, and you might want to add a translator. Thanks for stopping by my blog.
BalasHapusThank you for visiting my blog Amirul, and for your kind words about my art.
BalasHapusYour photos of the beaches are beautiful.
Bagus nuansa pantainya mas...Bahkan menarik untuk berinspirasi.😊😊
BalasHapusBener-bener indah tempatnya ini,
BalasHapusbookmark dulu.
monggo masseh
Hapus